Ada beberapa alasan kenapa bank-bank begitu aktif mempromosikan produk KPR-nya. Pertama, KPR adalah pasar yang besar. Kedua, KPR mempunyai keuntungan jangka panjang. Ketiga, KPR memiliki risiko kredit bermasalah yang rendah.

Keempat, proses kredit sederhana. Proses kredit KPR tidak serumit menganalisis kredit komersial umumnya. Analisisnya tinggal berdasarkan pertimbangan pendapatan bersih bulanan. Agunan pun tidak masalah karena yang menjadi agunan adalah rumah yang akan dibeli.

Proses KPR bisa dilakukan secara kolektif, meski analisisnya tetap personal. Karena besar penghasilan gaji tiap orang tidak sama, maka besarnya KPR juga berbeda. Untuk proses tagihan, bank bisa bekerja sama dengan developer.

Kelima, pemanfaatan kelebihan dana. Sumber pendanaan operasional bank terdiri dari dana jangka pendek dan jangka panjang. KPR tergolong kredit jangka panjang sehingga berpotensi menimbulkan risiko jangka waktu antara sumber dan penggunaan dana bank yang dimiliki. Oleh karena itu, struktur pendanaan bank harus mantap, dalam arti komposisi dana jangka panjang juga harus seimbang.

Keenam, entry point bisnis lain. Jika pelanggan atau nasabah tidak ada masalah dalam menyelesaikan kredit KPR, maka bank akan menawarkan layanan kredit komersial untuk mendukung usaha. Terutama jika nasabahnya dari kalangan pengusaha. Ruko atau rumah yang semula dibiayai oleh KPR dan sudah lunas, nilainya menjadi sedemikian tinggi sehingga bisa dipakai sebagai agunan kredit komersial lainnya.

Ya, karena sangat menggiurkan, bisnis KPR bukan hanya menjadi daya tarik perbankan saja tapi juga dilirik oleh lembaga nonbank. Pembiayaan oleh lembaga nonbank merupakan babak baru bagi industri perumahan sehingga masyarakat disuguhkan dengan banyaknya alternatif saat akan membeli rumah. Masyarakat pun kini sudah mulai kritis memilih mana yang menguntungkan dan tidak serta mana yang bagus pelayanannya dan yang tidak.

Sumber: 2008, Slamet Ristanto dalam ‘’Mudah Meraih Dana KPR’’ halaman 19-28.