Ada banyak kisah inspiratif yang dialami para investor properti berusia muda. Dengan semangat bekerja yang ulet dan cerdik dalam menjalankan bisnisnya, mereka bisa menjadi miliarder sekaligus memotivasi orang lain.

Sewaktu membeli properti, mereka tidak jatuh cinta pada propertinya, tapi pada transaksinya. Maksudnya transaksi adalah dalam mengambil keputusan, mereka membeli atas dasar transaksi hot deal. Tipe transaksi yang dianggap hot deal adalah sebagai berikut.

Pertama, membeli properti yang nilainya di bawah harga pasar. Biasanya, properti yang harganya di bawah harga nilai likuiditas dari bank, kemungkinan Anda mendapatkan cash flow lebih besar. Transaksi ini langsung menguntungkan dan tidak menunggu mendapatkan capital gain pada saat menjualnya.

Kedua, sudah memperoleh cash flow atau pemasukan dari properti yanga Anda beli. Paling ideal cash flow dari properti tersebut bisa menutupi angsuran bank, sehingga Anda tidak perlu lagi merogoh kocek.

Ketiga, pemilik termotivasi untuk menjual propertinya sehingga Anda bisa dengan mudah meminta keringanan kepadanya.

Keempat, properti yang Anda beli minim nilai tambah. Maksudnya, properti yang akan Anda beli kurang fasilitas sehingga harga sewa yang ditetapkan merupakan harga terendah.

Kelima, properti yang Anda beli tidak terurus oleh pemiliknya sehingga bisa meminta pengurangan harga karena adanya faktor usang dari properti tersebut. Namun, bukan berarti Anda boleh membeli properti yang benar-benar rusak karena akan memakan biaya renovasi yang tinggi.

Keenam, ada calon pembeli atau penyewa ketika Anda membeli properti. Ketika akan membeli properti, Anda sebaiknya meminta broker untuk mencarikan penyewa. Jika ada penyewanya, baru Anda beli porperti tersebut. Jika harga propertinya sangat murah, sebaiknya meminta penjual untuk memberikan opsi beli untuk Anda pasarkan kembali properti tersebut ke calon pembeli lain.

Sumber: 2009, Dadan Darmawan dalam ‘’Kaya dari Bisnis Properti’’ halaman 13-14.