Jaminan sertifikat rumah adalah jurus paling ampuh guna memperoleh pinjaman kredit di bank. Sesuai Peraturan Bank Indonesia (PBI) No 9/PBI/2007, tanah dan bangunan (rumah) memang bisa menjamin pinjaman kredit. Namun, terkadang kita bingung, bank mana yang paling menguntungkan dan memudahan kita? Bagaimana cara mencarinya?

Bank tentu dengan senang hati menerima jaminan rumah, karena rumah termasuk agunan yang diakui sebagai aset kekayaan. Tapi masing-masing bank memiliki aturan yang berbeda. Maka, sebelum Anda mengajukan kredit ke bank dengan jaminan rumah, ada baiknya Anda memperhatikan beberapa hal berikut.

Pertama, lakukan survei kecil-kecilan. Carilah bank yang paling tepat bagi Anda. Tepat dalam hal ini adalah sesuai kebutuhan dan keinginan. Anda bisa mencari informasi tentang program pinjaman di berbagai bank dengan menghubungi customer service, via online, datang langsung ke bank, atau tanya teman.

Informasi yang Anda butuhkan saat survei di antaranya: besaran bunga, jumlah maksimal pinjaman, dan persyaratan yang harus dilengkapi. Nah, dari hasil survei tersebut Anda bisa menyeleksi, mana bank yang cocok bagi acuan kredit Anda.

Kedua, lengkapi persyaratan yang diperlukan. Dokumen yang umumnya diminta oleh bank sebagai syarat mengajukan pinjaman kredit, antara lain: identitas diri (KTP, SIM, atau paspor), akta nikah bagi yang telah meniah, Kartu Keluarga, buku rekening tabungan, NPWP, rekening listrik dan telpon, sertifikat hak milik rumah, dan slip gaji tiga bulan terakhir.

Persyaratan tersebut tentu tidak bersifat mutlak. Artinya, masing-masing perbankan acap kali punya peraturan yang lebih ketat atau lebih longgar daripada umumnya.

Terakhir, kenali kemampuan pinjam Anda. Besaran pinjaman kredit maksimal yang bakal Anda terima dengan mengagunkan rumah bisa sangat besar, sekitar 70-80 persen dari harga rumah. Maka, di sinilah Anda perlu menakar kemampuan Anda mengangsur.

Idealnya, kemampuan pinjam tak lebih dari 40 penghasilan. Sebab, limit kredit yang mencapai 40 persen cenderung mengundang risiko yang lebih besar bagi cashflow Anda.

Anda tentu berharap berhutang di bank untuk meringankan beban keuangan, bukannya membelit diri dengan hutang yang tak mampu Anda kendalikan, bukan?

Sumber: duitpintar.com