3. Meletakkan Semua Investasi di Satu Tempat

Hal ini merupakan cara yang klasik dalam berinvestasi, seperti dalam pepatah don’t put all your eggs in one basket. Hal ini akan tetap relavan hingga kapan pun. Perumpamaan tersebut bermakna apabila memasukkan semua telur dalam satu keranjang, jika terjadi sesuatu pada keranjang tersebut, misalnya goyang atau pun jatuh, maka semua telur investasi Anda akan ‘pecah’, artinya merugi. Meski begitu jangan terlalu banyak ‘keranjangnya’, karena akan berakibat tidak fokus dalam berinvestasi.

4. Terlalu Percaya Diri dan Mengambil Resiko Terlalu Besar

Percaya diri memang merupakan suatu modal dan dibutuhkan saat Anda akan melakukan investasi, namun jika berlebihan hasilnya pun tidak akan baik. Artinya Anda harus paham, kapan harus mengeluarkan full power, dan kapan harus mengerem laju investasi Anda. Maka dari itu, untuk meminimalkan resiko, maka diversifikasi mutlak dijalankan dengan kaidah berikut, yang dinamakan WAG’S, yaitu:

  • Waktu, yaitu apakah jangka pendek, menengah atau panjang
  • Aset, wujudnya apakah saham, properti, komoditas, intelektual, properti, bisnis riil, waralaba, dll.
  • Geografis, bagaimana penyebarannya apakah dibeberapa daerah seperti Jakarta, Jogja, Banjarmasin, Hongkong, atau daerah lain.
  • Sebarkan 1/3 hasil investasi Anda pada orang yanbg membutuhkan, karena dalam harta Anda ada hal orang lain, misalnya fakir miskin.

5. Mentalitas Kampungan

Pada tahun 1988 terjadi krisis mendera Indonesia, perekonomian memburuk, namun ada sebagian besar kota yang justru pesta pora. Hal ini juga terjadi di beberapa negara yang mengalami surplus. Dengan demikian sangat disarankan agar mentalitas seorang calon investor jangan hanya jago kandang atau kampungan, akan tetapi jadilah global player.